TENTANG

Berita Terkini

Bola

ShowBiz

Bisnis



Topik Populer

Featured

Liputan9

Liputan9
Liputan9

KAJIAN ISLAMI

KATEGORI

Berita Terbaru

NAHDLATUL ULAMA

Follow Us

banner here

KONTEN TERBARU

TREN HARI INI

MENANTI KEMBALINYA PENDEKAR GUNUNG HALU

Saat itu mungkin sekitar tahun 905 M. Saat dimana Sulthon Ch. Marzooqie memimpin keraton sindangkerta. Dan saat itu pula, keraton sindangkerta memang sedang berada dalam masa-masa genting. Masa-masa dimana mereka harus menghadapi gempuran dari pasukan huntu rangoas yang ingin merebut kekuasaan sulthon Ch. Marzooqie.

Aku, yang saat itu adalah rakyat biasa merasa khawatir dengan kondisi ini. Kondisi dimana rakyat yang mulanya makmur menjadi terdzalimi. Tertindas dan teraniyaya oleh keonaran yang sering dilakukan oleh pasukan huntu rangoas. Pasukan yang sangat keji dan biadab. Mereka sering memakan daun sampeu hasil perkebunan rakyat. Bahkan, tak jarang mereka sering menyate daging anak kecil sebagai cemilan makan siang mereka.

Aku.. Aku.. Aku benar-benar merasa marah dengan semua kondisi ini. Kondisi yang begitu menyulitkan. Karena, seperti yang aku lihat, nampaknya sulthon Ch. Marzooqie pun sangat kesulitan mengatasi gempuran para biadab pasukan huntu rangoas. Dan banyak dari tentara kerajaan yang malah gugur ketika menghalau serangan pasukan huntu rangoas. Bagaimana ini? Ya, aku sering bertanya seperti itu pada diriku sendiri. Aku tidak ingin masa depan keraton sindangkerta dan rakyatnya luluh lantah akibat kedzaliman mereka.

Saat itu, diakhir tahun 905 M., Aku pernah dikejar oleh salah satu dari pasukan huntu rangoas untuk dijadikan santapan mereka. Sungguh mengerikan. Karena, biasanya, pemuda seusiaku sering dijadikan abon cincang yang dicampur dengan bawang merah goreng oleh mereka. Kemudian disantap beramai-ramai saat menjelang sore. Dan aku tak mau itu. Aku tak ingin nasibku seperti itu. Tak mau menjadi santap sore mereka dan dinikmati secara beramai.

Oleh karena itu, saat mereka mengejar, aku segera lari terbirit-birit. Sekencangnnya, secepatnya, tanpa menengok kebelakang. Ya, aku sangat takut bila aku tertangkap oleh mereka.  aku lari membabi buta. Merangsak kehutan-hutan, terjun ke sungai, terbirit-birit tanpa perhitungan.

Hingga kemudian aku sampai pada titik lelah. Titik dimana aku tak bisa lagi berkutik. Aku tergeletak disebuah lembah yang entah apa namanya, aku tak tahu. Namun, untungnya kurasa pasukan huntu rangoas itu tak mampu mengejarku. Mungkin mereka kehilangan jejak karena cara lariku yang tak  bijak. Ya, berpijak seolah tak berpijak.

Kini aku  tiada kuasa. Aku lemah. Lelah. Kakiku terasa hampa namun pegalnya tiada terkira. Aku pingsan.

Sayup-sayup burung terdengar indah. Mataku perlahan mulai kubuka. Awalnya nampak remang-remang. Namun kemudian aku tahu, bahwa aku? Aku ada dimana ini? Ya, aku kaget. Setahuku aku pingsan di lembah yang begitu gulita. Namun sekarang, saat aku bangun, kenapa aku jadi berada disebuah gubuk yang teduh?

Ya kareem! Innalillahi.. Mungkin aku tertangkap oleh meraka. Oleh siluman huntu rangoas yang mengejarku tadi. Mataku pun mulai berlinang. Aku pasrah bila kelak dijadikan abon cingcang.

"Udah bangun ya?" tiba-tiba terdengar suara seorang kakek bertanya kepadaku.

Sontak aku ngorejat dengan penuh rasa takut. Kulirik dia secara perlahan. Secara lembut meskipun mungkin akan sangat menakutkan. Tapi.. Tapi.. remang-remang mulai terlihat jelas. Kakek tua ini memakai jubah putih dengan amamah atau igal putih dikepalanya. Ia berjanggut, agak panjang. Berbeda dengan tampilan huntu rangoas yang memiliki gigi gondrong dengan wajah sangar. Ya! kupikir kakek ini bukan bagian dari pasukan huntu rangoas.

"tenang!" katanya. "jangan takut!" lanjutnya.

Lantas aku mulai menenangkan diri. Mulai bersikap normatif. Dan sambil sesekali menatap wajahnya. Aku bertanya-tanya, siapakah orang tua ini. Orang tua yang memakai pakaian layaknya seorang kiyai? Dia nampak teduh dan baik. Membuatku percaya bahwa aku akan aman bersamnaya.

"Maaf, Kakek siapa?" tanyaku.

Kulihat ia tersenyum padaku. Matanya nampak sejuk dan berwibawa.

"Ah.. itu bukan hal yang terlalu penting saat ini.. Istirahatlah dulu!" jawabnya.

"Tapi, kupikir itu penting. A
Karena aku tidak bisa beristirahat dengan tenang bila belum tahu siapa anda, wahai kakek tua!" kataku.

Ia tersenyum kembali. Nampak begitu santai.

"Namaku Ahmad Sulaiman Suja." katanya.

Dan.. Deug! Aku merasa kaget ketika mendengar namanya. Nama itu adalah nama seorang legenda. Nama yang tentunyaa siapa pun pasti tahu. Nama yang disebut-sebut sebagai nama asli sang Pendekar Gunung Halu. Pahlawan yang suka menolong rakyat dan memberantas kedzaliman. Pahlawan yang dalam legenda pernah diceritakan sebagai sahabat karib dari Almarhum Raden Mansyur, ayahnya Sulthon Ch. Marzooqie yang saat ini menjabat sebagai raja agung di keraton Sindangkerta

Kemudian, akupun mengobrol banyak dengannya. Dan aku ketahui, bahwa dia memang adalah pendekar gunung halu yang banyak diceritakan oleh orang-orang. Dia adalah seorang yang sakti dan baik. Dia adalah seorang ahli agama yang dulu pernah bersama-sama dengan alm Raden Mansyur mondok di pondok pesantren As-salafiyah Mafazah Pasirpogor.

aku pun kemudian bercerita padanya. Tentang kondisi keraton SIndangkerta saat ini. Tentang kondisi rakyat yang sangat terdzalimi oleh ulah pasukan huntu rangoas. Aku beberkan semua. Agar ia tahu dan mau kembali menolong rakyat, layaknya dulu seperti dalam legenda.

"Lahaula walaa quwwata illa billah.." katanya. "Saat ini, aku sudah tua. Jurus-jurus yang aku miliki tidak bisa aku gunakan diraga yang sudah renta ini," katanya.

Aku langsung terdiam. Tidak bisa berkata banyak. Karena, aku memang melihat raganya yang sudah renta. Tubuh seorang kakek yang sepertinya tidak akan banyak berdaya.

"Begini saja.." katanya. "Carikan aku seorang santri yang baik dan pandai dalam mengaji dan tentunya sudah hafal matan kitab Alfiyyah Ibnu Malik!" lanjutnya.

"Kenapa?" tanyaku. "Kenapa tidak aku saja?" kataku lagi.

"Dari sorot matamu, aku tahu, kamu bukan santri dan tidak hafal matan alfiyyah ibnu malik," katanya. "Jurus-jurusku itu, semua kuncinya adalah pada kode-kode rangkaian alfiyyah ibnu malik," lanjutnya.

Aku terdiam lagi. Tadinya, aku berpikir, baiknya ilmu itu diberikan padaku. Biar aku menjadi orang hebat dan bermanfaat dunia akhirat. namun, kalau begini jadinya, tak apalah. Biar aku segera mencari santri yang sudah hafal matan alfiyyah ibnu malik.

Pedahal, dalam saimbara yang diadakan keraton. Orang yang berhasil menyelamatkan serta menghadang Pasukan huntu rangoas akan dibri imbalan. Jika orang itu lelaki, ia akan ditikahkan dengan putri bungsu Sulthon Ch. Marzooqie. Jika orang itu perempuan, ia akan diberikan perlengkapan kosmetik terbaru produksi martha tilaar dan mustika ratu.

Duh..!

Bagikan: