Berburu Belut Rasa Lemon

Begini ceritanya, saat itu sopian sedang ngurek di sawah. Sudah dari pagi ia berada disana. Namun belum juga ia mendapatkan apa yang ia cari. Ya, belut rasa lemon. Pedahal anak dan istrinya sudah cukup lama menunggu. Mereka kelaparan menanti belut nikmat yang sopian janjikan.

Suatu ketika, sopian menemukan sebuah lubang yang nampak imut dipinggir galengan sawah milik Pak Haji Ruslan. Sebuah galengan yang sebenarnya tidak boleh dilalui oleh siapapun. Hal itu terlihat dari barisan pagar seseg yang memanjang rapi, menandakan galengan sawah tertutup untuk umum.

Namun begitulah sopian, ia nekad menerobos pagar seseg tersebut dengan liar. Ia tidak memperdulikan larangan yang tersirat dari pagar seseg yang tertancap.

Dengan penuh nafsu ia mengendap-endap, asod-asodan menyusuri galengan sawah yang nampak becek, berusaha menghampiri sebuah lubang kecil yang terlihat imut untuk dijamah.

Satu jala berkail lengkung ia masukan kedalam lubang mungil tersebut, secara teliti dan perlahan. Tentunya dengan penuh perasaan dan penghayatan. Sembari berharap sebuah belut bisa ia dapatkan dari dalamnya.

Tak lama, setelah beberapa menit Sopian menunggu, akhirnya jala panjang miliknya terasa berdenyut. Nampak ada tarikan dari dalam lobang yang terlihat unyu-unyu. tarikan yang terasa mengoyak kailnya.

”mmmhh, mungkinkah ini belut rasa lemon yang aku cari?” kukulutus sopian di dalam hati.

Kemudian, sopian berusaha menariknya. Namun ternyata sangat sulit. Ia terus berusaha, hingga galengan sawah pun nampak lejah dan debrah. Keringat kecil, keringat besar, semua nampak bercucuran dari pori-pori kulitnya. Urat kecil, urat besar, semua nampak timbul meregang di sekujur tubuhnya.

Tapi apa daya, usahanya sia-sia. Tarikan dari dalam lubang ternyata lebih kuat dari pada tarikannya.

Akhirnya sopian pun kelelahan. Air matanya berderai syahdu. Lirik-lirik kesedihan terurai pilu. Tubuhnya melayu menyiratkan rasa lelah. Ia kini menyerah. Pasrah bila ternyata gagal mendapatkan belut rasa lemon. Detak jantungnya melemah bersamaan dengan erangan nafas yang semakin meresah. Dunia mulai hitam. Matanya terpejam.

Tiba-tiba...
Tang-ting.. Ting-tang.. euu..
Tang-ting.. Ting-tang.. euu..

Suara hape berbunyi dari dalam sakunya, memecah sunyi. Tadinya sopian hendak mati, namun tidak jadi.

Yang ada, sopian nampak kaget sambil bergegas mengangkat gadget. Ya, segera ia jamah HaPenya itu. Terdengar suara perempuan yang sudah tidak asing baginya. Suara yang meletup-letup dengan amarah berdarah-darah.

“Hallohh, papah! Ari sia kamana wae, aing jeung budak geus nungguan ti isuk, antohod pisan siahh..”, kata istrinya.

“Mamah, please dechh mah.. Papa bentar lagi pulang kok..” dalih sopian.

“Ahh siahh gombal.. awas mun teu bebenangan.. simngaing teu hayang apal.. kesel nungguan ti isuk..”

“Iyachh dechh mahh, pasti dapet kokhh.. tenang ajachh..”

“$#^%#^%$&*$($(%(%^$%#@@#!" (Ngomel)

“gimana mah???” tanya Sopian.

“iyah deh pap.. nanti malem yachh.. mamah udah kagak tahan.. “

“iyah mah.. nanti malem aja.. papa juga udah kagak tahan, ingin makan belut rasa lemon,” ujar Sopian sembari menutup telepon.

Sopian lalu bangkit. Semangatnya kembali menggebu setelah berbincang dengan istrinya yang sebut saja, baik. Nyalinya kembali tumbuh, darahnya mengalir cepat memompa jantung menyeruakan gelora ngala belut. Tanpa basa-basi, ia lantas kembali dan menghampiri kail serta jala yang tadi sempat membuatnya pasrah. Kemudian dengan penuh rasa emosi dan semangat menggelora, ia mencoba menarik kembali jalanya, tentunya dengan sekuat tenaga. Nampak otot-ototnya menggurat menarik jala. Tanah-tanah mulai retak akibat tarikan yang begitu kuat. Sungguh!

“Allohhhhhhhhhhuakbarrr..!!!" pekiknya dengan penuh semangat.

Tiba-tiba..

Brakkkkkk..!!! Burialll..
Seekor Gajah Afrika ngurumuy dari dalam lubang. Dan seketika itu juga Sopian mendadak stresss, nelen seseg, tewas di tempat.

Bagikan: