Lukisan Sultan Muhammmad II oleh gentile Bellini |
Ia menjabat sebagai sultan pada usia ke 19 menggantikan posisi Ayahnya (Sultan Murad II) yang turun tahta akibat meninggal dunia. Sejak kecil Sultan Muhammad Al-Fatih dititipkan oleh Ayahnya kepada Syeikh Muhammad bin Isma'il Al-Kurani, seorang ulama Ahlusunnah yang menggemblengnya menjadi pribadi yang pintar dan taat beribadah. Tak heran jika Muhammad Al-Fatih sejak kecil telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari hadits-hadits, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, serta ilmu strategi perang. Selain itu, Muhammad Al-Fatih juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani.
Ia merupakan orang yang dimaksudkan oleh Nabi Muhammad SAW:
لتفتحنَّ القسطنطينية فلنِعم الأميرُ أميرها ولنعم الجيشُ ذلكَ الجيش
"Konstantinopel
akan ditaklukan oleh tentara Islam. Rajanya (yang menaklukan) adalah
sebaik-baik raja dan tentaranya (yang menaklukan) adalah sebaik-baik
tentara."
Sejarah
membuktikan, konstantinopel yang sulit ditaklukan oleh tentara islam
pada masa sebelumnya berhasil jatuh ditangan seorang yang shaleh Sultan
Muhammad Al-Fatih Al-Maturidi. Ini membuktikan bahwa Sultan Muhammad
Al-Fatih adalah raja yang baik sebagaimana diisyaratkan oleh Baginda
Nabi.
Salah satu rahasia dibalik keberhasilannya adalah ketekunan beliau dalam melaksanakan shalat malam, shalat dluha, dan shalat wajib yang tidak pernah ia tinggalkan. Ia merupakan seorang sufi yang taat beribadah meski kedudukannya sebagai seorang raja yang sibuk dengan urusan pemerintahan. Ia dikenal gagah dan bijaksana.
Berpegang pada akidah yang kuat membuatnya menjadi pribadi yang kuat. Ia memegang teguh manhaj Ahlusunnah Wal Jama'ah yang telah didisiplinkan oleh Imam Abu Mansyur Al-Maturidi dan Imam Abu Hasan Al-Asy'ari. Selain itu, guru-gurunya yang 'alim membuatnya menjadi pribadi yang tegar dalam sunnah. Semua itu adalah berkah dari kebenaran yang ia pegang. Sehingga wajar jika Rasulullah SAW menyebutnya sebagai sebaik-baiknya raja. Dan ini sekaligus membuktikan Ahlusunnah Wal Jama'ah sebagai Manhaj kebenaran. -Wallohu a'lam-