Oke, sudah lama saya memegang buku yang diamanahkan oleh sahabat saya yang beberapa waktu lalu sukses meraih gelas sarjana pendidikan bahasa inggris di UIN SGD, Nur Anisa Saidah. Beliau meminta saya untuk meresensikan buku ini. Ya, buku yang mengulas tentang seorang tokoh yang menjadi idola saya, Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari. Buku yang dari covernya saja sudah membuat saya merinding kagum. Tergambar sosok Kiyai karismatik yang memiliki peranan besar dalam dunia kepesantrenan dan kebangsaan. Sosok yang juga mendapat gelar pahlawan nasional. Pendiri salah satu organisasi islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama.
Oke, Bismillah..
- Judul:
HADRATUSSYAIKH HASYIM ASY’ARI (Moderasi, Keutamaan, dan Kebangsaan)
- Penulis:
Zuhairi Misrawi
- Penerbit:
Penerbit Buku KOMPAS, terbit pertama Januari 2010
- Fisik, dimensi:
xxx + 374 hlm. ; 14 cm x 21 cm ISBN: 978-979-709-460-7
- Diresensi oleh:
(Ch Marzooqie - Bandung Barat, 19/12/2013)
- Deskripsi:
Inilah buku yang mengulas cukup detail mengenai sosok, pemikiran, dan pergerakan dari salah satu ulama sekaligus pahlawan nasional yang bernama K.H. Hasyim Asy’ari. Buku yang ditulis oleh Zuhairi Misrawi ini akan membawa para pembaca mengenal lebih jauh tentang sosok K.H. Hasyim Asy’ari melalui pemaparan biografi dan aktualisasi kehidupan serta pergerakan yang telah beliau bangun.
Dibagian pertama buku ini, penulis memaparkan Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari sebagai seorang ulama yang peduli umat dan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang K.H Hasyim Asy’ari sebagai seorang ulama yang mendedikasikan hidupnya untuk kemaslahatan umat. Diantaranya yakni, hadirnya Pondok Pesantren Tebuireng yang ia dirikan sebagai salah satu sarana pendidikan dan pusat keislaman yang cukup berhasil dalam mencetak kader-kader intelektual muslim nusantara.
Komitmen keutamaannya dalam memberdayakan masyarakat cukup kuat. Salah satunya dalam hal peningkatan perekonomian masyarakat. Ia coba menyintesiskan antara sistem ekonomi dan nilai-nilai yang terdapat dalam kitab-kitab kuning. Hasilnya, Syirkatul inan li murabathati Ahl at-Tujjar tercipta, atau semacam lembaga perekonomian yang menyerupai koperasi. Selain itu, pada 13 Januari 1926 ia pun mendirikan organisasi yang mewadahi para ulama, organisasi yang kini menjadi organisasi muslim terbesar di dunia, yakni, Nahdlatul Ulama (NU) yang artinya Kebangkitan Ulama.
Sebagai seorang ulama, tidak lantas menjadikan beliau pasif dalam komitmen kebangsaan. Oleh karena itu, dimasa penjajahan belanda, beliau menjadi salah satu sosok terdepan dalam menentang segala penindasan yang dilakukan oleh para penjajah. Salah satu yang paling populer yakni, resolusi jihad yang beliau fatwakan. Dimana didalamnya terdapat tiga poin penting yang mengobarkan semangat perjuangan. Pertama, perang melawan belanda adalah jihad yang wajib dan mengikat dilaksanakan oleh seluruh umat islam Indonesia. Kedua, kaum muslimin dilarang menggunakan kapal Belanda selama menunaikan ibadah haji ke mekkah. Ketiga, kaum muslimin dilarang menggunakan pakaian atau atribut yang menyerupai penjajah.
K.H. Hasyim Asy’ari merupakan ulama yang cukup produktif dalam berkarya, khususnya karya-karya tulis berupa kitab-kitab keagamaan yang jumlahnya terhitung lebih dari lima belas judul.
Dibagian kedua buku ini, penulis memaparkan mengenai pemikiran-pemikiran moderat dari sosok Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Point yang menjadi sorotan diantaranya yaitu mengenai pembahasan aswaja (ahlussunnah wal jama’ah) menurut pandangan beliau. Dimana hal ini memang menjadi isu sensitif dikalangan umat islam. Tidak sedikit ulama yang begitu fanatik dan puritan dalam membahas secara jauh mengenai pengertian aswaja, hingga akhirnya sering muncul golongan-golongan yang mudah membid’ahkan, mengkafirkan, dan mencela sesama muslim. Bahkan, ada pula yang sampai saling bunuh dengan pola pemikiran ekstrimis.
Beda halnya dengan Kiyai Hayim. Beliau sungguh moderat dalam mengdeskripsikan dan mengejawantahkan makna aswaja secara brilliant. Melalui Pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU), Pemikiran-pemikiran moderatnya bisa kita lihat dengan nyata sampai saat ini.
Kecintaan Kiyai Hasyim terhadap nabi Muhammad diulas pula dalam buku ini. Salah satu kutipan dalam buku ini yang menggambarkan kecintaan Kiyai Hasyim terhadap Nabi Muhammad diantaranya, “Kiyai Hasyim merupakan salah satu tokoh panutan yang menggaris bawahi cinta yang tulus dan konsisten terhadap Muhammad SAW. Bahkan hal itu merupakan salah satu bagian terpenting yang harus dilakukan oleh setiap muslim untuk menjiwai setiap pesan yang diucapkan kepada umatnya. Mengikuti ajarannya dengan bangunan cinta akan semakin menjiwai substansi ajaran yang dibawanya bagi umat di seantero alam raya ini”.
Dibagian ini pula dicantumkan pentingnya ilmu sebagai fondasi umat. Dimana islam sangat menjungjung tinggi khazanah keilmuan yang perlu dimiliki oleh setiap insan sebagaimana maklum didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan hal ini pula yang ditunjukan oleh kiyai Hasyim yang sebagian besar hidupnya tak lepas dari medan ilmu. Dari masa-masa nyantri di berbagai pondok pesantren tanah air serta di Mekkah Al-mukarromah hingga menjadi seorang kiyai kenamaan yang sangat disegani di nusantara ini.
Beliau pula, sebagai seorang sosok yang menjungjung tinggi nilai-nilai persaudaraan dan toleransi. Melalui silaturahmi, beliau membangun pendasaran teologis yang sangat fundamental dalam persaudaraan. Sikapnya yang toleran ditengah kemajemukan bangsa ini memang menjadi ciri khas seorang ulama sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. dan para walisongo yang telah memperkenalkan islam ditengah-tengah keanekaragaman suku, budaya, ras, dan agama.
Dibagian ketiga buku ini, ditampilkan gerakan Sosial-Keagamaan Moderat. Dimana, Nahdlatul Ulama sebagai organisasi bentukan Kiyai Hasyim menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam peranannya dibidang sosial-keagamaan. Terbukti, NU sebagai organisasi berlatar keagamaan mampu berperan aktif dalam membangun masyarakat berkebangsaan serta mendukung Pancasila dan UUD 1945.
Lengkapnya, silahkan baca bukunya! Luar biasa!Wassalam..