TENTANG

Berita Terkini

Bola

ShowBiz

Bisnis



Topik Populer

Featured

Liputan9

Liputan9
Liputan9

KAJIAN ISLAMI

KATEGORI

Berita Terbaru

NAHDLATUL ULAMA

Follow Us

banner here

KONTEN TERBARU

TREN HARI INI

Hukum Ngupil Saat Puasa

Ketika bulan ramadhan telah tiba, maka janganlah kita merasa heran jika melihat semua orang tidak makan maupun minum di siang hari. Karena itu adalah salah satu bentuk dan bukti bahwa seseorang sedang berpuasa. Karena puasa itu sendiri secara simple bisa diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak makan dan tidak minum sama sekali di siang hari. Serta tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa dari semenjak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Melaksanakan puasa di bulan ramadhan sendiri hukumnya wajib bagi setiap muslim yang punya pemikiran dan sudah gede. Artinya jika kita menemukan orang islam yang tidak puasa dibulan Ramadhan, maka disana terdapat beberapa kemungkinan. Yang pertama, orang tersebut tidak punya pemikiran (gila), yang kedua, orang tersebut masih kecil dan belum baligh. Tapi, kecuali bagi orang-orang yang sedang berhalangan dan tidak sanggup serta tidak dibebankan untuk berpuasa, maka boleh untuk mereka tidak berpuasa. Contohnya seperti orang yang sedang sakit berat, dalam perjalanan jauh, dan seperti perempuan yang sedang mengalami haidl.

Adapun hal-hal yang membatalkan puasa jumlahnya diringkas menjadi delapan.

1. Masuknya sesuatu terhadap tujuh lubang yang ada pada tubuh kita, seperti mulut atau hidung, dengan cara dimasukan, dimakan, atau sebagainya, dan dengan dilakukan secara sengaja.
2. Muntah dengan disengaja.
3. Bersetubuh.
4. Sengaja beruka ria mengeluarkan air mani.
5. Haidl.
6. Nifas.
7. Gila.
8. Murtad (keluar dari agama islam).

HUKUM NGUPIL SAAT PUASA
Source image from ayobuka.com ; Ngupil jangan ya?

Nah, bagaimanakah hukum ngupil ketika kita sedang berpuasa?

Berdasarkan ibarat dari beberapa kitab para ulama, maka dapat disimpulkan bahwa ngupil atau ngorong itu hukumnya tidak membatalkan puasa. Hal ini selagi ngupilnya dalam tahap wajar, dalam arti benda yang digunakan untuk ngupil tidak dimasukan terlalu dalam kerongga hidung sehingga melewati batas batang hidung. Karena kalau sudah melewati batas batang hidung itu sudah dianggap bukan dzahir badan, melainkan bathin badan dan dapat membatalkan puasa.

Simpulnya, lubang hidung yang ada dalam batang hidung masih dianggap dzahir tubuh. Artinya belum dianggap bathin (bagian dalam) tubuh. Sehingga apabila ada sesuatu masuk kedaerah tersebut masih dianggap belum batal. Namun apabila sudah melewati daerah tersebut (haisyum/batang hidung) maka bisa membaatalkan puasa karena sudah termasuk bathin. Jadi hati-hati aja buat yang mau ngupil saat sedang puasa.

Fathul Muin
ولا يفطر بوصول شيء إلـى بـاطنِ قَصَبَةِ أنفٍ حتـى يجاوِزَ منتهى الـخَيْشُوم، وهو أقْصَى الأَنْفِ

I'anatut Tholibin
(قوله: ولا يفطر بوصول شيء إلـى بـاطن قصبة أنف) أي لأنها من الظاهر، وذلك لأن القصبة من الـخيشوم، والـخيشوم جميعه من الظاهر. (قوله: حتـى يجاوز منتهى الـخيشوم) أي فإن جاوزه أفطر، ومتـى لـم يجاوز لا يفطر

Minhajul Qawim
  ثم داخل الفم إلى منتهى المهملة، والأنف إلى منتهى الخيشوم، له حكم الظاهر في الإفطار باستخراج القيء إليه أو ابتلاعه النخامة منه، وفي عدم الإفطار بدخول شيء فيه وإن أمسكه، وفي أنه إذا تنجس وجب غسله، وله حكم الباطن في عدم الإفطار بابتلاع الريق منه، وفي سقوط غسله عن الجنب

Asnal Matholib
  ثُمَّ دَاخِلُ الْفَمِ وَالأَنْفِ إلَى مُنْتَهَى الْغَلْصَمَةِ) وَهِيَ بِغَيْنٍ مُعْجَمَةٍ مَفْتُوحَةٍ وَلامٍ سَاكِنَةٍ وَصَادٍ مُهْمَلَةٍ الْمَوْضِعُ النَّاتِئُ فِي الْحَلْقِ (وَ) مُنْتَهَى (الْخَيْشُومِ ظَاهِرٌ) مِنْ حَيْثُ إنَّ الصَّائِمَ (يُفْطِرُ بِاسْتِخْرَاجِ الْقَيْءِ إلَيْهِ وَابْتِلاعِ النُّخَامَةِ مِنْهُ سَوَاءٌ اسْتَدْعَاهَا) أَيْ اسْتَقْلَعَهَا إلَى الْفَمِ وَالأَنْفِ (أَمْ لا) بَلْ حَصَلَتْ فِيهِ بِلا اسْتِدْعَاءٍ (فَإِنْ جَرَتْ بِنَفْسِهَا) مِنْ الْفَمِ أَوْ الأَنْفِ وَنَزَلَتْ إلَى جَوْفِهِ (عَاجِزًا عَنْ الْمَجِّ) لَهَا (فَلا) يُفْطِرُ لِلْعُذْرِ بِخِلافِ مَا إذَا أُجْرِيَ ظَاهِرًا وَهُوَ ظَاهِرٌ أَوْ جَرَتْ بِنَفْسِهَا قَادِرًا عَلَى مَجِّهَا لِتَقْصِيرِهِ مَعَ أَنَّ نُزُولَهَا مَنْسُوبٌ إلَيْهِ وَبِهِ فَارَقَ مَا إذَا طَعَنَهُ غَيْرُهُ كَمَا سَيَأْتِي (لا بِدُخُولِ شَيْءٍ إلَيْهِ) أَيْ إلَى دَاخِلِ الْفَمِ أَوْ الأَنْفِ أَيْ لا يُفْطِرُ بِهِ وَإِنْ أَمْسَكَهُ

Hasyiyah Al-jamal
  وَالأَنْفِ إلَى مُنْتَهَى الْخَيْشُومِ لَهُ حُكْمُ الظَّاهِرِ فِي الإِفْطَارِ بِاسْتِخْرَاجِ الْقَيْءِ إلَيْهِ وَابْتِلاعِ النُّخَامَةِ مِنْهُ وَعَدَمِهِ بِدُخُولِ شَيْءٍ فِيهِ وَإِنْ أَمْسَكَهُ

Qalyubi
قَالَ شَيْخُنَا الرَّمْلِيُّ: وَدَاخِلُ الْفَمِ وَالأَنْفِ إلَى مُنْتَهَى الْخَيْشُومِ لَهُ حُكْمُ الظَّاهِرِ فِي الإِفْطَارِ بِوُصُولِ الْقَيْءِ إلَيْهِ وَابْتِلاعُ النُّخَامَةِ مِنْهُ وَعَدَمُ الإِفْطَارِ بِوُصُولِ عَيْنٍ إلَيْهِ وَإِنْ أَمْسَكَهَا فِيهِ


source: piss-ktb.com

Bagikan: