TENTANG

Berita Terkini

Bola

ShowBiz

Bisnis



Topik Populer

Featured

Liputan9

Liputan9
Liputan9

KAJIAN ISLAMI

KATEGORI

Berita Terbaru

NAHDLATUL ULAMA

Follow Us

banner here

KONTEN TERBARU

TREN HARI INI

PUISI: Zidny Ilma

Berikut ini adalah puisi yang dibuat oleh kakak saya, Teh Zidny. Puisi-puisinya bagus.

1.
BUKAN KARENA TAK LAGI ZAMBRUD
Bandung, 12/08/2012

Bukan karena tak lagi zamrud,
mataku tidak kentara membaca sesapih masa,
yang di bawah silam kaki-kaki tangannya kerap memerangkap lamunan.
Dan pada jalaran matamu pula yang keliru menjadi tumpuan meluncurnya prasangka.

Bukan karena tak lagi zamrud, mataku tidak kentara menyibak setirai pun asa di lorong bersemayamnya mimpi yang pada setumbang jalan aku coba bangun kembali jembatan harapan.
Dan di sehampar tanganmu berharap aku benar menitip ramu.
Sebagai yang telah do'a aku selipkan meski kenyataannya hanya sekerikil permata.
Kentaraku tak lagi zamrud, bukan lantaran oleh masa yang baru saja silam.

---------------------

2.
SUFRAH KENDURI HATI
21/05/2013

dari mega-mega yang silih bertukar warna 
batu-batu mulia yang disepuh kilau cahaya
hampar langit menjadi sufrah kenduri matahari pagi 
untuk hati yang dipilin benang-benang kenang 

awan-awan membentuk renda bebunga 
rimbun kelopaknya mengurai pita saga 
lantas merajut putih 
menjadi sufrah, alas hati untuk berdiri 
mengupacarai hari-hari sublimasi diri. 
----------------------

3.
KATANYA KAU ANGIN

Katanya kau angin yang membawa sepotong rindu dan lagu 
merajutnya dari helai benang-benang kenang 

Namun kau jejak yang tumbuh di dadaku 
dengan bunga berkelopak warna pucat 
sebab tempiar hujan yang kau tawarkan 
hanya membasahi anak-anak rambut dan akar-akar bulu mataku 

Kau sesayup waktu mengalir di nadiku 
namun aku belum jua paham dengan sajak yang mengendap di degup jantungmu 
dan apakah kau paham atas bahasa yang mengelupas dari bibirku? 

PUISI LAIN 
Rembulan tidur di matamu, di tengah jalan menuju sepotong angan. Setengah gulita setengah terang. Sementara itu gemintang tak henti mengerjap di dadaku, dari musim yang semi dan bahkan repih tumpah mengecambah.

Bagikan: